Dan berikut adalah tumbuhan dan buah langka di indonesia yg hampir bahkan punah.
1.Mangga Kasturi (Mangifera casturi).
Mangga Kasturi adalah buah kebanggaan masyarakat di Kalimantan Selatan. Mangga kasturi ini dijadikan sebagai identitas flora Kalimantan Selatan, berdasarkan keputusan Menteri Dalam Negeri No. 48 tahun 1989.
Kulit kayu pohon mangga ini warnanya putih keabu-abuan sampai cokelat terang. Daunnya bertangkai, berbentuk lanset memanjang dengan ujung runcing dan di keduabelah sisi tulang daun tengahnya terdapat 12 - 25 tulang daun samping. Uniknya, daun muda pohon mangga ini berwarna ungu tua, menggantung lemas.
Buah mangga ini sebenarnya mirip dengan buah mangga biasa, tapi ukurannya lebih kecil, bentuknya bulat, tapi kadang ada juga yang elips. Kulit buah tipis dengan warna hijau terang dengan bintik-bintik berwarna gelap dan kalau sudah matang, kulit buahnya berubah jadi kehitaman.
Mangga kasturi yang sudah matang.Daging buah berwarna oranye gelap, kandungan serat 1,06% dan memiliki rasa yang manis.
Tumbuhan yang menjadi maskot (flora identitas) provinsi Kalimantan Selatan ini dinyatakan telah punah in situ (Extinct in the Wild) oleh IUCN Redlist.
Lokasi terakhir penyebaran pertumbuhan pohon mangga kasturi hanya terdapat di Desa Mataraman Kecamatan Mataraman, Kabupaten Banjar yang akhirnya dijadikan sebagai tempat pembibitan pohon mangga kasturi.
Tumbuhan yang menjadi maskot (flora identitas) provinsi Kalimantan Selatan ini dinyatakan telah punah in situ (Extinct in the Wild) oleh IUCN Redlist.
Lokasi terakhir penyebaran pertumbuhan pohon mangga kasturi hanya terdapat di Desa Mataraman Kecamatan Mataraman, Kabupaten Banjar yang akhirnya dijadikan sebagai tempat pembibitan pohon mangga kasturi.
2.Meranti merah
Meranti Merah adalah nama sejenis kayu pertukangan yang populer dalam perdagangan. Berbagai jenis kayu meranti dihasilkan oleh marga Shorea dari suku Dipterocarpaceae. Sekitar 70 spesies dari marga ini menghasilkan kayu meranti merah.
Menurut kekuatannya, jenis-jenis meranti merah dapat digolongkan dalam kelas kuat II-IV; sedangkan keawetannya tergolong dalam kelas III-IV. Kayu ini tidak begitu tahan terhadap pengaruh cuaca, sehingga tidak dianjurkan untuk penggunaan di luar ruangan dan yang bersentuhan dengan tanah.
Namun sekarang Populasi tumbuhan kayu meranti mendekati kepunahan. Meranti yang merupakan spesies dari famili Dipterocarpaceae masuk dalam penetapan spesies prioritas konservasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI.
Tumbuhan di kawasan ini rawan kepunahan karena tak ada payung hukum yang melindunginya.
Oleh karena itu, LIPI menempatkannya sebagai salah satu prioritas konservasi pada tahun ini.
"Jenis
tanaman di dataran rendah memang menghadapi tingkat kepunahan yang
sangat tinggi karena tidak ada payung hukum yang melindungi sehingga
bisa digunakan untuk macam-macam," kata Tukirin di Gedung Konservasi
LIPI, Kebun Raya Bogor, Jawa Barat.
Meski
masuk dalam prioritas dilindungi, ia mengatakan, tak perlu ada
kekhawatiran jika jenis tumbuhan ini tak bisa lagi dimanfaatkan.
Pelabelan prioritas konservasi merupakan upaya sosialisasi bahwa
tumbuhan target terancam kehilangan populasi. "Kalau sudah begini, maka
harus ada upaya perlindungan dan pengawetan sehingga kita tidak
kehilangan populasinya," ujar Tukirin.
3. Jambu Mawar
Jambu mawar alias jambu kraton adalah anggota suku jambu-jambuan atau Myrtaceae yang berasal dari Asia Tenggara.
Buah tersebut dapat disuling untuk memperoleh ‘air mawar’, serupa dengan yang dapat diperoleh dari daun mahkota bunga mawar. Daunnya disuling untuk mendapatkan minyak atsiri, yang berguna bagi industri wewangian.
Kayu terasnya berat dan keras, sehingga baik untuk konstruksi
bangunan asalkan tidak berhubungan dengan tanah. Kayu ini kurang tahan
terhadap serangan rayap. Kulit kayunya digunakan sebagai bahan penyamak dan pewarna.
Pohon jambu mawar juga kerap ditanam di taman-taman dan pekarangan sebagai pohon hias (ornamental). Selain itu, bunga-bunganya juga merupakan sumber pakan yang baik bagi lebah madu.
Dari bunga yang diawetkan, dibuat obat tradisional pendingin dan
penenang. Kulit kayu dan bijinya juga dimanfaatkan untuk mengobati murus
(diare), disentri dan demam.
4. Keruing Kipas
Keruing atau Dipterocarpus adalah marga pepohonan penghasil kayu pertukangan yang berasal dari keluarga.
Dipterocarpaceae. Marga ini memiliki sekitar 70 spesies yang menyebar terutama di Asia Tenggara; mulai dari India dan Srilanka di barat, melalui Burma, Indocina dan Cina bagian selatan, Thailand, hingga ke kawasan Malesia bagian barat.
Di wilayah Malesia, keruing tersebar di hutan-hutan Semenanjung Malaya, Sumatra, Kalimantan, Filipina, Jawa, Bali, Lombok dan Sumbawa. Jadi umumnya tidak melewati garis Wallace, kecuali yang ditemukan di Lombok dan Sumbawa.
Di samping penggunaannya sebagai panel kayu, keruing juga secara luas dimanfaatkan untuk membuat venir dan kayu lapis. Kayu ini juga cukup baik untuk membuat papan partikel, harbor, serta sebagai bahan bubur kayu untuk pembuatan kertas. Secara lokal, kayu keruing juga digunakan untuk membuat arang
5. Kantung Semar
Genus Nepenthes (Kantong semar, bahasa Inggris: Tropical pitcher plant), yang termasuk dalam familia monotipik, terdiri dari 130 spesies dan belum termasuk hibrida alami maupun buatan. Genus ini merupakan tumbuhan karnivora di kawasan tropis Dunia Lama, kini meliputi negara Indonesia , Republik Rakyat Cina bagian selatan, Indochina, Malaysia, Filipina, Madagaskar bagian barat, Seychelles, Kaledonia Baru, India, Sri Lanka, dan Australia. Habitat dengan spesies terbanyak ialah di pulau Borneo dan Sumatra.
Tumbuhan ini dapat mencapai tinggi 15-20 m dengan cara memanjat tanaman lainnya, walaupun ada beberapa spesies yang tidak memanjat. Pada ujung daun terdapat sulur yang dapat termodifikasi membentuk kantong, yaitu alat perangkap yang digunakan untuk memakan mangsanya (misalnya serangga, pacet, anak kodok) yang masuk ke dalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar